icon-category Digilife

Posting Video Wabah Virus Corona Wuhan, Warga China Ini Hilang

  • 17 Feb 2020 WIB
Bagikan :

Ilustrasi (Foto: Unsplash - Ricardo Gomez)

Uzone.id - Fang Bin, seorang penjual pakaian lokal, mengintip ke dalam ketika dia berjalan melewati rumah sakit di Wuhan. Saat itu pintung samping dan belakangnya terbuka.

Dia mengerang,"Begitu banyak yang mati." Dia menghitung lima, enam, tujuh, delapan kantong mayat. "Ini terlalu banyak."

Saat itu, dalam video berdurasi 40 menit melaporkan tentang wabah virus Corona atau dikenal Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) bikin Fang Bin terkenal di Internet. Sayangnya, kurang dari dua minggu kemudian, dia pun menghilang.

Beberapa hari sebelumnya, seorang blogger video terkemuka di Wuhan, Chen Q juga hilang. Teman-teman dan keluarga Chen mengatakan bahwa mereka percaya dia telah dikarantina secara paksa.

Baca juga: Sambut Era 5G, Telkom Indonesia Gencar Ganti Jaringan ke Serat Optik

Sebelum menghilang, Fan dan Chen telah merekam lusinan video dari Wuhan, streaming gambar tanpa filter di pusat wabah dan seringkali bikin pilu. Antrean panjang di luar rumah sakit. Pasien lemah. Kerabat yang menderita.

Nafsu untuk mendokumentasikan keadaan karena masyarakat China kekurangan sumber berita independen, di mana surat kabar profesional dikontrol ketat oleh pihak berwenang. Awal bulan ini, departemen propaganda negara mengerahkan ratusan wartawan untuk membentuk narasi soal wabah virus Corona.

Beberapa organisasi berita profesional telah menghasilkan laporan tajam tentang wabah tersebut. Sebuah pemerontakan terhadap sensor pemerintah meletus di media sosial China pada pekan lalu setelah kematian Li Wenliang, dokter Wuhan yang telah mencoba untuk memperingatkan bahaya virus Corona sebelum para pejabat China mengakuinya.

Video-video yang dibuat Fang dan Chen adalah manifestasi lain dari ketidakpuasan yang dilancarkan oleh pemerintah terhadap wabah virus Corona di kalangan warga biasa.

Baca juga: Uji Coba Pemblokiran Ponsel Ilegal, Kominfo: Masih Nunggu Hasil

"Ketika tiba-tiba ada krisis, mereka ingin memiliki akses ke berbagai konten dan pelaporan yang lebih luas," kata Sarah Cook, yang mempelajari media China di Freedom House, sebuah kelompok penelitian pro-demokrasi yang berbasis di AS.

Hilangnya kedua pria itu juga menggarisbawahi bahwa Partai Komunis yang berkuasa tidak berniat melonggarkan cengkeramannya pada kebebasan berbicara.

Pemimpin China, Xi Jinping, mengatakan bulan lalu bahwa para pejabat perlu "memperkuat pedoman opini publik". Sementara media sosial di China telah diliputi ketakutan dan kesedihan.

Media propaganda pemerintah China telah menekankan tangan Xi yang kuat. Membingkai perjuangan melawan wabah sebagai bentuk patriotisme.

Lebih dari 350 orang di seluruh China telah dihukum karena "menyebarkan desas-desus" tentang wabah tersebut, menurut kelompok advokasi bernama Pembela Hak Asasi Manusia Tiongkok.

Chen, seorang pengacara dari China timur, sudah terkenal di dunia maya sebelum wabah merebak. Dia melakukan perjalanan ke Hong Kong saat protes pro-demokrasi pada tahun lalu dan membantah gambaran pemerintah China soal demonstran sebagai gerombolan perusuh.

Otoritas di Beijing memanggil Chen ke China daratan dan menghapus akun sosial medianya, kata Chen kepada para pengikutnya.

Namun, para pejabat menutup Wuhan karena wabah virus Corona pada Januari lalu, dia berbegas masuk ke kota berpenduduk 11 juta jiwa itu dengan alasan tugasnya sebagai jurnalis warga.

"Kamu seorang jurnalis macam apa jika tidak berani bergegas ke garis depan," kata Chen.

Dalam videonya, yang telah menarik jutaan penonton di YouTube, Chen mewawancarai penduduk setempat yang kehilangan orang dicintai.

Memfilmkan seorang perempuan yang ambruk ketika dia menunggu perawatan serta mengunjungi pusat pameran yang telah diubah menjadi pusat karantina.

Baca juga: Bayar Uang SPP kini Bisa Pakai Gopay

Chen juga diblokir dari WeChat, aplikasi media sosial utama China, karena menyebarkan desas-desus. Namun, dia bersikeras bahwa dirinya hanya membagikan apa yang telah dia lihat atau dengar sendiri.

Seiring berjalannya waktu, Chen, yang biasanya energik, mulai menunjukkan ketegangan. "Saya takut," katanya pada 30 Januari lalu. "Di depan saya ada virusnya. Di belakang saya ada kekuatan hukum dan administrasi Cina."

Pihak berwenang telah menghubungi orangtua Chen untuk menanyakan keberadaannya kata Chen. Dia tiba-tiba menangis. Kemudian, dengan jarinya menunjuk ke kamera, dia berkata tanpa berpikir,"Aku bahkan tidak takut mati. Kamu pikir aku takut padamu, Partai Komunis?".

Pada 6 Februari, teman-teman telah kehilangan kontak dengan Chen. Xu Xiaodong, seorang praktisi seni bela diri campuran terkemuka dan berteman dengan Chen, memposting sebuah video pada 7 Februari yang mengatakan bahwa orangtua Chen telah diberitahu bahwa putra mereka telah dikarantina, meskipun Chen tidak menunjukkan gejala penyakit.

Tidak seperti Chen, Fang seorang penjual pakaian, tak dikenal sebalum wabah virus Corona. Sebagian besar kegiatannya di YouTube membuat konten tentang pakaian tradisional Tiongkok.

Namun, saat wabah virus Corona meningkat, Fang mulai berbagi video menggambarkan jalan-jalan kosong di Wuhan dan rumah sakit yang penuh sesak.

Pada 2 Februari, Fang menggambarkan bagaimana para petugas menyita laptop miliknya dan menginterogasinya soal rekaman janazah.

Pada 4 Februari, Fang merekam sekelompok orang di luar rumahnya, yang mengatakan mereka ada di sana untuk bertanya kepadanya. Fang memalingkan orang-orang itu, dan menantang mereka untuk mendobrak pintunya.

Dalam video terakhir Fang, dia secara eksplisit berpolitik dengan cara yang jarang terdengar di China, setidaknya di depan umum.

Syuting di dalam rumahnya, dia mengatakan bahwa dirinya dikelilingi oleh polisi berpakaian preman. Dia mencerca "Keserakahan akan kekuasaan" dan "tirani".

Video terakhirnya, pada 9 Februari, hanya 12 detik. Video menampilkan gulungan kertas dengan kata-kata,"Semua warga negara menolak, menyerahkan kembali kekuasaan kepada rakyat."

Terlepas dari netizen di seluruh dunia untuk video Fang dan Chen, sulit untuk mengetahui seberapa besar dampak di dalam negeri China sendiri, kata Fang Kecheng, asisten profesor jurnalisme di Chinese University of Hong Kong. Keduanya sangat berbantung pada YouTube dan Twitter, yang diblokir oleh China. (India Times)

VIDEO Jajal Singkat Galaxy Z Flip, Ponsel Layar Lipat Samsung Cocok Buat TikTok-an

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : virus corona wuhan 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini